Senin, 21 Januari 2013

Seutas Tali Harapan - 2


Bel pulang sekolah pun berbunyi. Kepala ku terasa pusing sekali. Dengan segera aku berlari kearah toilet, berharap tidak ada yang mengikutiku.
“Nadine kenapa?” tanya Ridho khawatir pada Dewi. Tapi Dewi hanya menggeleng pelan. “Wajahnya pucat banget, dari tadi juga dia keringatan. Kita harus susul dia! Gue takut dia kenapa-kenapa.” ajak Ridho pada Dewi.
“Emm.. jangan, Nadine kayaknya gak mau diganggu dulu. Tunggu dia cerita aja ya?” jawab Dewi pelan.

“Hah?” Ridho kaget mendengar jawaban Dewi, tapi dia munurut saja. “Yaudah, tapi kalau dia cerita, kasih tau gue ya! Gue jadi khawatir. Baru-baru ini dia sering kayak gitu. Dia sakit ya?” tanya Ridho khawatir. Dan Dewi hanya menggeleng. “Tapi..  setiap gue tanya dia selalu bilang baik-baik aja.” lanjut Ridho.
“Dewi nggak tau. Dewi  pulang duluan ya? Aku udah dijemput.” jawab Dewi dengan terbata-bata.
“Yaudah, hati-hati Wi.” Dan Dewi hanya diam menunduk.

...........

                Ternyata tidak ada satu orang pun yang mengetahui kepergian Nadine. Begitu saja dia hilang tanpa kabar, dan tidak masuk sekolah hari ini. Kosongnya rumah Nadine secara tiba-tiba, menambah kekhawatiran teman-temannya. Bahkan tetangganya pun tidak mengetahui kemana perginya keluarga Nadine.
“Nad.. kamu kemana sih?” tanya Dewi sendiri sambil terus menelpon Nadine.
“Bisa, Wi?” tanya Ridho cemas.
“Belum..” jawab Dewi lemas.
“Ya ampun.. Nadine kemana ya? Dia kenapa ya?” tanya Tiara khawatir. “Sabar ya.. kita pasti bisa tau dimana dia!” Albert menenangkan Tiara.
“Tadi dikelas teman-teman juga nanyain Nadine, hampir satu sekolah nanyain Nadine ke gue malah.” Tambah Ridho.
“Duh.. kamu dimana sih, Nad?” tanya Dewi sendiri.
                Sepulang sekolah, semua mulai sibuk mencari informasi tentang Nadine. Mulai dari tetangga sampai tukang sayur yang berjualan di komplek perumahan Nadine, semua sudah ditanya. Tapi tetap saja percuma. Tidak ada satu pun informasi yang didapat. Sudah lebih dari satu minggu tidak ada kabar tentang Nadine. Bahkan pihak sekolah pun tidak mengetahui keberadaan Nadine. Hal ini menambah rasa khawatir teman-teman Nadine. Untung saja Ujian Nasional telah usai, tinggal menunggu pengumuman dan melanjutkan pendidikan. Waktu luang ini digunakan oleh Ridho, Dewi, Tiara, dan Albert untuk mencari Nadine. Semua yang telah dilakukan hanya sia-sia, tidak satu pun informasi diketahui mereka. Nadine bukan orang Indonesia asli. Papa Nadine asli Rusia, sedangkan Mamanya campuran Indonesia dan Korea. Sehingga tidak ada satu pun saudara Nadine yang tinggal di Indonesia. Ini semua mempersulit pencarian Nadine. Sudah satu bulan mereka lalui dengan rasa khawatir yang semakin besar.

...........

                Suasana yang sunyi membuat alunan biola terdengar merdu dan sukses membuat semua mata tertuju pada gadis cantik yang duduk tepat ditengah panggung. Ditambah rintik-rintik hujan dihiasi lampu-lampu kecil yang menggantung disepanjang cafe, lilin-lilin manis yangbertebaran disekeliling taman membentuk nama cafe tersebut. Sentuhan desain yang memakai bahan kayu, membuat suasana asri, sejuk, dan damai dapat dirasakan.
                Permainan biola pun selesai. Tepuk tangan meriah mengakhiri aksinya. Gadis cantik berambut hitam panjang, kulitnya yang putih bersih, mata kecokelatan yang indah, postur tubuhnya yang proposional menampakan keanggunannya malam hari ini. Gadis cantik itu berjalan kearah salah satu meja ditengah cafe.

“Hai..”
“Hai.. Kamu kenapa?”
“Emm.. nggak papa kok.”
“Kamu bohong. Kapan  teakhir kamu  pergi kesana?”
“Gue nggak papa kok. Tenang aja...”
“Jangan bohong! Kamu tau, aku bisa tau semua itu.”
“Lo nggak usah khawatir. Dan please jangan kasih tau yang lain.”
“Kenapa?”
“Kenapa? Karena gue nggak tega mereka ngeluarin air mata sia-sia buat gue.”
“Kamu harus balik kesini lagi ya...”
“Thanks. Tapi sekarang gue harus pergi, dan please.. jangan biarin mereka sia-sia ngeluarin air mata buat gue.”
“Aku coba..”
“Makasih ya.. lo sahabat gue yang palingggg... baik.”
“Kamu masih bisa tersenyum, padahal kamu...”
“Sssssstttt.... gue nggak papa kok. Ini cuma sebentar, dan gue harap gue bisa lagi ketemu kalian.”
“Iya.. kamu harus ketemu aku dan yang lain lagi.”
“Yaudah ya.. gue harus pergi, bye...”
“See you..”

0 komentar:

Posting Komentar