Senin, 21 Januari 2013

lanjutan ke-3 C.E.V.E


“Chin, udah dong mainnya. Aku capek nih.” Seru seorang anak laki-laki dari kejauhan yang tampak kelelahan.
“Yah, kamu gimana sih, Pano? Tadi kamu yang ngajakin aku main, semangat banget lagi. Tapi kenapa kamu capek duluan?” jawab seorang gadis kecil tampak polos sambil tersenyum manis. Anak itu tampak lucu. Rambutnya di ikat dua keatas dan dikepang. Pipinya yang chubbi terlihat imut saat dia tersenyum.

lanjutan ke-2 C.E.V.E

Ternyata hal yang ku khawatirkan tidak terjadi. Aku mendapatkan dua kabar baik dan satu kabar buruk yang berevolusi menjadi kabar baik. Kalau ditanya ingin mengetahui yang mana terlebih dahulu? Aku akan menjawab ‘yang mana aja juga boleh dengan senyuman termanisku’. Toh, kabar buruk itu kan berubah menjadi kabar baik bagi ku.

Kabar baik dihari pertama masuk sekolah adalah Bu Dias terpilih sebagai wali kelas ku dan kelas kami kedatangan siswa baru yang bernama Evan Nathaniel Dellys. Dari wajahnya saja sudah ketahuan kalau dia itu blasteran, ditambah namanya yang mendukung. Dia tampak dingin, namun cool (kata orang-orang). Apalagi saat dia tersenyum sambil memperkenalkan dirinya didepan kelas. “Wah.. manis banget.” Dengan kompak siswa perempuan dikelasku memuji. Kecuali aku dan Faula. “Tumben Faula ngeliat yang bening diam aja, biasanya udah ngomong panjang lebar” batin ku.

Sabtu, 19 Januari 2013

C.E.V.E


Awal bulan Juli. Awal bulan dimana globalisasi baru saja membuat langit menumpahkan hujan tak kenal waktu. Karena adanya globalisasi membuat cuaca tidak menentu. Namun, saat ini keadaan berbeda. Untung saja hujan telah menyisakan udara sejuk nan damai di sepanjang perjalananku ke sekolah.
“Aku turun disini aja, ma.” Pintaku saat sampai di halte seberang sekolah.
“Hati-hati ya, sayang.” Mama mengingatkan, sambil mencium keningku.
“Iya, ma.” Aku segera membuka pintu mobil. Dan turun sambil melambaikan tangan kearah mama.
Dengan disambut pagi yang cerah. Berbagai aktivitas dapat dimulai. Padatnya Ibu Kota mulai menghiasi hari-hari. Suasana yang ramai dan deru kendaraan memecah kesunyian.
Sebuah bajaj melintasi jalanan Ibu Kota. Dengan lihainya pengendara bajaj itu meliuk-liuk diantara bajaj lainnya. Terlihat pengendara bajaj, tampak asyik memandangi jalan. Hingga akhirnya, kubangan air yang menampung tetesan hujan semalam ditabraknya. Byyaarrrr...
“Hehehe... maap yak, neng?” Pengendara bajaj tampak tertawa, dan kembali melajukan bajajnya.